Siapa
Kalian, Dimana Kalian???
Oleh: Dyah Ayu Qori Fauziah
Akhir-akhir ini saya terhipnotis dengan
kata “achievement”. Melihat ada pengumuman tentang adanya pendaftaran menjadi
trainer AMT (Achievement Motivation Training) untuk mahasiswa angkatan 2012.
Sebenarnya tergelitik dengan kata achievement sudah agak lama, 6 bulan yang
lalu ketika saya mengkuti seleksi Aiesec Internship Expand UNS. Sedikit
bercerita, saya diwawancarai oleh tim seleksi mengenai achievement, dan saya
bingung menjawabnya. Achievement??? Apa sih? Emang saya telah berhasil
melakukan apa? Mengorek-ngorek informasi dari memori terjauh, mungkin ketika
saya kecil samapai detik saya ditanya oleh mereka. Saya hanya bisa menjawab,
“IP yang hampir sempurna 3,9”.
Apakah Achievement
itu??
Achievement test a
standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more
lines of work a study (Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Mempunyai
arti kurang lebih prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan
bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar.
Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai
(Purwodarminto, 1979 : 251). Sejak
saat itu, saya berpikir, jadi ternyata sedikit sekali achievement dalam hidup
saya. Padahal saya sudah 20 tahun. Sangat mengenaskan. Kalau kalian tahu,
terkadang ada rasa menghina diri sendiri, “ih, buat apa kuliah di fakultas
hukum kalau ternyata hanya segini pencapaian saya, sebiji jagung”
Dari fakta-fakta
tersebut saya menyadari, ternyata saya hanya berani bermimpi, tidak ada
kepercayaan, dan tidak aktivitas untuk membuatnya menjadi kenyataan. Saya
ingin, bisa pertukaran mahasiswa ke luar negeri, tapi sebatas keinginan atau
bahkan mimpi di siang bolong, kalau saja hanya seperti ini usaha saya. Usaha
rata-rata, seperti orang pada umumnya. Padahal, mengutip kata-kata Agnes
Monica, “Kalau mau sukses, saya harus berusaha 300-500% lebih banyak dari
orang-orang pada umumnya.” Dan, lagi-lagi kalimat yang hebat itu hanya mampu
merangsang saya hingga tingkat bermimpi. Entah, mungkin karena saya terlalu
malas atau takut melangkah atau sudah terlalu terlambat. Sekian
detik sepertinya adalah sia-sia kalau saya tetap begini, parah sekali hidup
saya. Hanya meminta uang setiap minggu ke orang tua, lalu mengahbiskannya untuk
sekedar hobi kuliner, kuliah, main game, atau jalan-jalan. Dalam kondisi
seperti itu sebenarnya saya menyadari, “useless banget ya saya” hanya bisa
meringis.
Kita lihat orang-orang hebat di dunia
ini, seperti Albert Einstein yang menyatakan “Imajinasi lebih penting daripada
pengetahuan karena imajinasi tidak terbatas”. Memulai berimajinasi, setiap
hari, tentang cita-cita, impian, masa depan, prestasi, karir, pekerjaan yang
kita inginkan. Mengutip kata motivasi dari Agnes Monica lagi “Dream, Believe,
and Make It Happen”. Kalau kita sudah percaya, dengan sewndirinya kita akan
melangkah sesuai dengan kepercayaan kita. Mislakan saja, saya bermimpi menjadi
lulusan Fakultas Hukum UNS dengan IPK Cumlaude, dan kita percaya hal itu, maka,
dengan sendirinya langkah-langkah kita akan mengarah ke mimpi dan kepercayaan
kita.
Namun, tak semudah itu juga, saya
sendiri adalah orang yang sedang berusaha untuk percaya pada mimpi saya. Kini,
selangkah demi selangkah saya berjalan dengan pasti ke arahnya. Arah yang
semakin terang dan semakin jelas. Walaupun terkadang untuk berjalan ke arah
mimpi saya tersebut banyak rintangannya, termasuk yang paling sulit adalah
godaan dari dalam diri maupun lingkungan sekitar. Malas, ya itulah yang sering
membuat saya merasa berjalan di tempat. Dan ternyata rasa malas itu tak hanya
timbul dari dalam diri saya sendiri, tapi juga karena pengaruh. Setipa orang
harus mempunya rasa “sadar diri” untuk bisa mempersandingkan impian dan
cita-cita dengan apa yang telah dikerjakannya. Umpamanya, si X mempunyai mimpi
ingin mempunyai hidup yang mapan, dan kemudian bisa pergi keliling dunia
kemanapun ia suka. Namun, jika yang dilakukan hanyalah bangun tidur terlambat,
malas belajar, tak pernah beriteraksi dengan orang-orang di luar, tidak
mempunya jaringan pertemanan, lalu bisa bayangkan bagaimana si X bisa sampai ke
tujuannya yaitu keliling dunia???
Kenapa saya ingin menjadi trainer?? Tak
mudah seseorang bangkit, berdiri, dan berjalan menuju apa yang dia
cita-citakan. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman dan pengetahuan saya
bagaimana saya bangkit dari titik nol keterpurukan dalam hidup saya. Ketika
saya kuliah awal semester 3, belum lama ini. Saya hampir mati ketika itu.
Ketika saya berteman dan beraktifitas dengan orang-orang yang “tak tepat”,
bukan orang-orang yang “salah” tetapi hanya saja tidak tepat. Jiwa muda yang
bergejolak memang harus diwadahi dengan tempat dan lingkungan yang tepat, kalau
tidak bisa terjatuh dan tak mudah untuk bangkit. Saya ingin berbagi bagaiman
cara saya bisa bangkit, bisa berdiri, dan bisa diakui oleh lingkungan
orang-orang yang hebat, saya ingin berada dalam lingkaran orang-orang hebat.
Saya yakin, begitu juga kalian. Adakah dari kalian nyang tidak ingi menjadi orang
hebat? Adakah dari kalian yang hanya berani bermimpi kecil, cukup ingin menjadi
teller bank atau pegawai biasa misalnya. Dan ternyata masih banyak yang seperti
itu, teman dekat saya sendiri contohnya. Kalau imajinasi itu tak terbatas,
mengapa hanya bermimpi kecil?? Seberapa besar motivasi yang kalian butuhkan
untuk menghasilkan hal-hal yang nyata yaitu perwujudan mimpi dan cita-cita
kalian.
Seseorang yang memiliki
motivasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri:
a) Lebih mengharapkan sukses
b) Lebih percaya diri sendiri dalam
menghadapi tugas
c) Cenderung menyederhanakan kesulitan
dalam menghadapi tugas
d) Tidak senang membuang waktu
e) Kokoh pendirinannya dalam
menyelesaikan tugas
f)
Memiliki kemampuan lebih dari individu lain.
Bicara soal mimpi dan imajinasi, manusia
punya pikiran, pikiran yang diproses dalam otak, dan matang menjadi tindakan.
Jadi, kalau ada orang yang bertindak sembarangan, sebagian besar orang
mengatakan “ooo, tidak punya otak dia”. Dengan mengenali otak, membuka ruang
potensi dalam diri kita. “Otak mengatur semua fungsi tubuh; otak mengendalikan
perilaku kita yang paling primiti – makan, tidur, menjaga agar tubuh tetap
hangat; otak bertanggungjawab untuk kegiatan yang paling canggih – penciptaan
peradaban, musik, seni, ilmu, dan bahasa. Harapan, pikiran, emosi, dan
kepribadian semuanya tersimpan - di suatu temapat – di dalam sana. Setelah
ribuan ilmuan mengkajinya, satu-satunya kata untuk menggambarkannya adalah
“MENAKJUBKAN” (Profesor Ornstein, pengarang The Psychology of Consciousness).
Kemudian, apa potensi dari otak kalian yang bisa kalian kembangkan menjadi
kekuatan maha dasyat??? Seorang penulis terkenal, seorang dokter hebat, seorang
perancang busana internasinal, atau seorang fisikawan yang pandai??? Itu
pilihan kalian.
Lalu timbul pertanyaan
“bagaimana dengan orang yang selalu berkata ‘saya bodoh, saya gak bisa, saya
tak punta bakat,dll”. Banyak sekali melihat fenomena anak-anak, remaja, pemuda
sekarang berkata demikian menyedihkan. Ternyata saya, tak cukup kuat untuk memberikan
motivasi supaya tidak ada pemikiran yang demikian, hanya dengan ucapan yang
bernada mengarahkan, mendikte, atau meberi petunjuk (seperti orang hebat saja,
hehe). Ya, saya harus bertindak lebih, saya harus menunjukkan “inilah
achievement dalam hidup saya, inilah penghargaan dalam hidup saya, inilah
harapan, doa, dan pujian dari orang atas prestasi saya”. Semua itu bukan untuk
sombong atau pamer, tapi untuk memotivasi (bak, motivator handal saja, hehe).
“Saya pernah jatuh, bahkan lebih buruk dari yang kalian bayangkan, tetapi saya
sekarang berada disini, inilah saya dan peran saya disini di Fakultas Hukum UNS!
Siapa kalian, dimana kalian???”